Buat Perempuan yang Suka Nonton Bola, Kalian Nggak Pick Me Kok
Betapa susahnya terlahir
menjadi seorang perempuan dan memang begitu kenyataannya. Sudah terlahir dalam
masyarakat patriarkis, selalu mendapatkan diskriminasi bahkan sekarang kita
tidak boleh suka bola. Karena ada yang bilang kalau perempuan yang suka bola
hanya FOMO dan sebenarnya tidak suka bolanya, hanya suka lihat pemainnya yang
ganteng saja.
Ini
benar terjadi dan sedang ramai dibicarakan, banyak konten di media sosial yang
mendiskreditkan perempuan yang suka bola sebenarnya hanya fomo semata. Fomo (Fear
of Missing Out), adalah perasaan takut ketinggalan momen dari berita atau tren
yang sedang terjadi. Ada anggapan kalau perempuan berpura-pura menyukai sepak
bola hanya untuk mencari eksistensi di media sosial biar terlihat keren.
Karena
masyarakat sedang dalam euforia mendukung Timnas Indonesia yang bertanding di
Piala Asia, wajar kalau masyarakat jadi suka nonton bola, walaupun sebelumnya
mereka mungkin tidak suka sepak bola. Bagi saya ini tidak ada salahnya dan
sah-sah saja. Bahkan, ibu saya yang sudah lansia dan tidak mengerti bola sama
sekali jadi suka nonton bola saat Timnas Indonesia bertanding. Saya yakin, Shin
Tae-young juga tidak akan mempermasalahkan hal itu.
Sayangnya,
kita memang suka mengkotak-kotakkan sesuatu dan memaksakan agar segala sesuatu
berjalan secara eksklusif, alias kita sebenarnya tidak suka saja lihat orang
lain bahagia. Astaghfirulloh, penyakit hati lo itu dan susah disembuhkan. Apalagi
selama ini kita melihat sepak bola sebagai simbol maskulinitas, jadi kita
berpikir hanya laki-laki boleh bergelut di dalamnya.
Pertama,
ini memang terdengar agak klise tapi perempuan yang suka menonton bola, ada di
antara mereka yang sebenarnya memang memiliki ketertarikan dalam bidang
tersebut. Bisa jadi mereka terlahir dari keluarga pecinta sepak bola dan klub tertentu
kemudian terbawa hingga dewasa.
Ada
juga yang karena profesi, misalnya pembawa acara dan konten kreator sepak bola,
mau tidak mau harus memliki pengetahuan yang luas tentang bola. Terakhir, ya
karena memang suka saja, mereka punya klub favorit dan benar-benar tahu tentang
seluk beluk tim kesukaannya.
Tidak
dimungkiri juga bahwa ada yang suka sepak bola karena melihat pemainnya yang
ganteng, seperti Mason Mount, Tony Kroos, Bellingham, Valverde, Gavi, Brahim
Diaz, Kai Harvets dan Marco Asensio. Tapi, iya sih cakep banget mereka ya Allah,
apalagi Bellingham ya Allah. Maksud saya begini, tidak ada yang salah dari itu
semua, alasan seseorang menyukai sesuatu tidak bisa diatur harus begini dan
begitu. Bukankah ini sama saja kekita banyak laki-laki yang suka JKT48 karena
personilnya cantik-cantik, bahkan mereka punya Oshinya masing-masing.
Stereotip
kalau bola hanya untuk kaum laki-laki harus didobrak, kalau bisa harus
dihentikan. Menyukai sepak bola bukanlah kewajiban laki-laki, karena ada juga
di antara mereka yang hobinya tidak di bidang itu. Jadi kita tidak bisa
meragukan kejantanan laki-laki hanya karena tidak bisa main bola atau tidak suka
nonton bola.
Saya sendiri perempuan dan lumayan suka nonton bola, tapi saya tidak peduli dengan stereotip itu, karena hobi tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Saya tidak peduli kalau ada yang mengatakan perempuan yang suka bola itu pick me, tidak hapal nama-nama pemain bola dan klub, bahkan sampai sekarang saya tidak mengerti apa itu offside padahal sudah dijelaskan berkali-kali. Tetap semangat para perempuan yang suka nonton bola walaupaun terakhir kali yang ditonton pertandingan Indonesia vs Malaysia di final AFF yang pas matanya Markus Horison dilaser.
Posting Komentar untuk "Buat Perempuan yang Suka Nonton Bola, Kalian Nggak Pick Me Kok"