Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dinamika Pertanyaan Kontroversial Memilih Antara Ibu, Istri, dan Anak

 

Aviva

Trending di Twitter, pacar (perempuan) menanyakan ke pasangan tentang pilihan stratifikasi antara Ibu, Istri, dan Anak. Beragam tanggapan menarik dilempar, entah hanya sebagai basa-basi menghormati pacarnya atau jawaban serius untuk menerangkan standing position yang sedang dipilihnya. Jika diantara kalian ada yang memberikan pertanyaan atau ditanya, tulisan ini cukup representatif untuk kalian baca.

Hemat penulis, jawaban yang diberikan mencerminkan nilai-nilai budaya, agama, dan dinamika hubungan interpersonal. Misalnya jawaban yang mendahulukan ibu biasanya didasarkan pada nilai-nilai agama, terutama dalam konteks masyarakat yang dipengaruhi oleh ajaran agama, seperti Islam. Dalam budaya Islam, ibu dianggap sebagai orang yang memiliki peran khusus dalam mendidik anak-anak dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Ibumu, ibumu, ibumu, baru ayahmu, sebagai jawaban islam memposisikan peran ibu sebagai prioritas pertama (Sarbini 2017). Ini mungkin dikaitkan dengan penghargaan yang tinggi terhadap peran ibu sebagai sosok yang memberikan kehidupan dan memiliki tanggung jawab besar dalam membagnun keluarga. Selain itu, hal ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari norma sosial dan budaya yang menempatkan peran ibu sebagai panglima di rumah tangga. Sehingga, jawaban yang mendahulukan ibu seringkali disertai dengan argumen berbasis norma keagamaan.

Sebaliknya, jawaban yang memposisikan istri seringkali mencerminkan dinamika hubungan percintaan dan romantisme. Beberapa jawaban mungkin berasal dari orang yang sedang dalam fase hubungan yang penuh cinta dan kesetiaan, yang biasa disebut sebagai "bucin" (budak cinta). Dalam konteks ini, memilih istri sebagai prioritas pertama dianggap sebagai bentuk kesetiaan dan komitmen terhadap pasangan hidup. Namun, perlu dicatat bahwa jawaban ini tidak selalu mencerminkan keadaan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa orang mungkin memilih istri sebagai jawaban karena ingin memastikan keharmonisan hubungan dan menghindari konflik, bukan karena keyakinan tulus yang mendasari pilihannya.

Sedangkan jawaban yang menekankan pentingnya anak dapat mencerminkan nilai-nilai keluarga dan perhatian terhadap generasi mendatang. Jawaban yang memilih anak sebagai prioritas mungkin ingin menunjukkan dedikasi mereka terhadap pembentukan karakter dan kesejahteraan anak-anak mereka (Hadi and dkk 2022). Ini bisa mencerminkan pandangan bahwa keluarga adalah fondasi dari masyarakat, dan memprioritaskan anak-anak adalah investasi dalam masa depan. Selain itu, dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk menampilkan diri sebagai figur yang peduli dan bertanggung jawab dalam konteks keluarga.

Lalu bagaimana jawaban penulis sendiri? Saya buka dengan pernyataan Prof M. Quraish Shihab; antara istri dan ibu bukan pilihan, keduanya mempunyai peran berbeda, tidak perlu membanding-bandingkan, tidak perlu juga harus saklek memiliki salah satu karena kedua-duanya punya porsi masing-masing. Karena keduanya harus sama-sama dicintai dan diutamakan. Secara sosiologis pernyataan yang dilontarkan oleh penulis Tafsir Al-Misbah tersebut menerangkan bagaimana stratifikasi keluarga—ibu, istri, dan tentu anak dalam kerangka pikir fungsional-struktural dipandang sebagai suatu sistem yang dinamis, yang terdiri dari berbagai bagian atau sistem yang saling berhubang (Ihromi 1999). Sehingga jawaban yang sulit untuk memberikan klasifikasi hirarki untuk ketiga pilihan antara ibu, istri dan anak karena ketiganya adalah keseimbangan dalam suatu struktur internal (keluarga).

Kecuali di antara ibu, istri, dan anak memiliki fungsi yang dominan bagi pemilih (subjek) tentu akan mudah menentukan urutan hirarki. Misalnya ibu sebagai kepala keluarga yang memenuhi kebutuhan dalam aspek ekonomi, sosial dan teologis, maka jawabanya pasti akan ke ibu, begitupun pada istri dan anak. Namun secara kontek ke-Indonesiaan (dominan), baik istri, anak, dan ibu memiliki peran masing-masing sehingga tidak ada struktur yang harus diasumsikan atas a priori sebagai yang sangat diperlukan (indispensable) (Johnson 1986) untuk memenuhi suatu persyaratan fungsional tertentu. Masing-masing memiliki kontribusi dan kebermaknaan yang unik. Oleh karena itu, sulit untuk menetapkan suatu struktur hirarki yang dapat dianggap sebagai standar universal, karena peran mereka saling melengkapi dan bersifat dinamis.

Dengan singkat kata, sulit untuk menetapkan urutan hirarki yang mutlak antara ibu, istri, dan anak. Setiap mereka membawa kontribusi berharga dalam membentuk keberlanjutan keluarga dan perlu diakui bahwa setiap peran memiliki nilai dan arti yang tidak dapat diukur secara sepihak.

 Penulis: M Darmawan

Referensi 

Hadi, Abdul, and dkk. 2022. “Childfree Dan Childless Ditinjau Dalam Ilmu Fiqih Dan Perspektif Pendidikan Islam.” Journal of Education and Language Research 1.

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai: Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Johnson, Doyle Paul. 1986. “Teori Sosiologi Klasik Dan Modern.” In 2, Jakarta: Granmedia.

Sarbini, M. 2017. “Hak-Hak Wanita Dalam Fiqih Islam.” Al-Mashlahah.


Posting Komentar untuk "Dinamika Pertanyaan Kontroversial Memilih Antara Ibu, Istri, dan Anak"