Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Imajinasi Anak Dibutuhkan Oleh Orang Dewasa

 

Menganalisa Isi Berita

Suasana syahdu dibarengi dengan terik matahari yang sedikit memanas menemani kegiatan siang ini. Empat hari dalam seminggu jadwal kegiatan rutin menemati adik-adik Pondok Pesantren Salaf Modern Wustha Banin belajar bersama. Selama menemani mereka belajar ada banyak yang bisa  aku pelajari dari mereka. Pertama soal semangat. Bagian ini sudah tak perlu aku ragukan, ditengah padatnya rutinitas belajar sendari pagi, mereka harus menambah jam belajar pada siang hari, berlanjut sampai malam. Sekali waktu aku menyempatkan pikiranku bertanya pada diri, apakah mereka sanggup belajar dengan padatnya waktu? atau mampukah mereka memahami semua yang dipelajari hari ini? Senyum dan semangat mereka sudah cukup mematahkan berbagai pertanyaan liar itu.

Selain semangat, saat belajar bersama mereka, aku seringkali dibawa pada alam bawah sadar ke dalam dunia yang penuh dengan keajaiban dan imajinasi. Kehadiran mereka membawa warna-warni yang mencerahkan.  Disamping itu, keunikan pandangan tentang dunia mereka yang belum tercemar oleh keterbatasan dan pengalaman orang dewasa menjadi cahaya baik untuk pertumbuhan mereka.

Cara pandang dunia yang berbeda menjelaskan petualangan tak terbatas, dan alam semesta yang ajaib. Bagi mereka, segala sesuatu mungkin terjadi. Kita akan terkejut oleh kemampuan mereka untuk melihat solusi kreatif atas masalah-masalah yang mungkin terasa sulit atau rumit bagi orang dewasa.

Mereka memiliki kemampuan berpikir out-of-the-box yang menginspirasi kita untuk merenungkan ulang cara kita memandang dunia. Mereka sering kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang mendalam, mendorong kita untuk berpikir lebih dalam tentang hal-hal yang kita anggap sepele. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Kalau saya punya sayap masih disebut manusia?" atau "Mengapa laki-laki pakai kopiah dan perempuan pakai hijab?" membuka pintu untuk menjelajahi konsep-konsep tentang kemanusiaa yang mendasar dan mengingatkan kita untuk tetap terhubung dengan rasa ingin tahu adalah cara mereka mengajak orang dewasa belajar.

Belajar bersama mereka juga mengajarkan kita tentang kesabaran dan empati. Mereka mungkin akan butuh waktu lebih lama untuk memahami konsep-konsep tertentu, dan sebagai orang dewasa, kita harus sabar dan bersedia menjelaskan hal-hal tersebut dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Ini adalah kesempatan untuk mengasah keterampilan komunikasi kita dan untuk mengembangkan empati terhadap orang lain yang sedang belajar.

Selain itu, belajar bersama mereka juga memungkinkan kita untuk melihat dunia dengan mata yang lebih murni dan tanpa prasangka. Mereka belum terpengaruh oleh stereotip atau pandangan sempit, sehingga mereka mampu menghargai keindahan dalam segala bentuk, dari seni hingga alam. Ini dapat membantu kita merenungkan kembali pandangan kita terhadap kecantikan dan keberagaman dunia di sekitar kita.

Dalam kesimpulannya, belajar bersama adik-adik yang usianya jauh di bawah kita adalah pengalaman yang penuh dengan keajaiban dan pelajaran berharga. Imajinasi mereka yang liar, pemikiran kreatif, dan rasa ingin tahu yang tak terbatas menginspirasi kita untuk tetap muda dan terbuka terhadap keajaiban dunia. Jika kita bersedia mendengarkan, belajar, dan tumbuh bersama mereka, kita akan menemukan bahwa setiap pertemuan dengan anak-anak adalah peluang untuk mengalami keajaiban belajar yang tak terlupakan. 

M. Darmawan

Posting Komentar untuk "Imajinasi Anak Dibutuhkan Oleh Orang Dewasa"