Memahami Jiwa Melalui Sudut Pandangan Ibnu Sina
Agama Islam sangat memperhatikan aspek sentral pada
diri manusia. Aspek sentral tersebut adalah jiwa. Perhatian Islam tentang jiwa
terlihat dari banyaknya Ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang menyinggung masalah
ini. Seperti QS al-Isra:185 yang mengandung makna bahwa Allah menjadikan ruh
atas makhluknya sebagai rahasia Nya. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa perihal
jiwa merupakan aspek penting lagi fundamental untuk diperhatikan.
Ibnu Sina salah satu filsuf islam juga memiliki
pandangan menarik mengenai jiwa. Ia merupakan seorang ilmuan muslim yang
menguasai berbagai bidang keilmuan seperti filsafat, kedokteran dan lain
sebagainya. Sejak kecil ia terkenal sudah mampu menghafalkan al-Qur’an pada umur
10 tahun. Lalu pada umur yang ke 16 ia juga menguasai keilmuan seperti
filsafat, fiqh dan hitung-hitungan. Karena kecerdasan yang dimiliki, Ibnu Sina
dijulukan sebagai bapak kedokteran dunia dan filsuf muslim yang banyak
memberikan pengaruh atas para pemikir setelahnya hingga sekarang.
Dalam mewariskan ilmu, Ibnu Sina mempunyai karya-karya
terkenal dalam berbagai bidang keilmuan. Dalam bidang filsafat karyanya yang
terkenal adalah as-Syifa yang membahas tentang ilmu logika, geometri,
fisika dan metafisika. Kemudian dalam bidang kedokteran ia memiliki karya yang
berjudul al-Qonun fi at-Tib (Aturan dalam kedokteran yang hingga sekarang menjadi rujukan para
pembelajar ilmu kedokteran. Dan hikmatul masyriq (Kebijaksanaan Timur) yang
banyak berisi tentang filsafat dan kearifan di belahan dunia bagian timur.
Salah satu pemikiran Ibnu Sina tentang aspek sentral
dalam diri manusia yaitu jiwa. Pandangannya tentang jiwa sebenarnya banyak
diuraikan dalam berbagai karyanya seperti as-Syifa (Penyembuh) Disamping
itu, Ia juga terkenal karena memberi komentar terhadap karya Aristoteles yang
berjudul De Anima. Tulisan yang memuat komentar tersebut disusunnya
sebagai hadiah untuk raja yang berkuasa pada saat itu yakni Pangeran
Nuh ibn Mansur as-Sammani. Sebenarnya antara
Ibnu Sina dan pangeran Nuh ibn Mansur menandakan kedekatan antara keduanya. Hal
ini dimulai ketika Ibnu Sina diminta untuk mengobati sang pangeran yang kala
itu mengidap sakit keras hingga atas keberhasilan dirinya dalam mengobati sang
pangeran, menjadikan dirinya dapat mengakses perpustakaan yang nantinya
menunjang intelektualitas dirinya kedepan.
Dalil-Dalil tentang Jiwa Menurut Ibnu Sina
1. Dalil alam kejiwaan pada diri manusia
Menurut Ibnu Sina di dalam diri manusia terdapat alam
kejiwaan yang dapat diidentifikasi dengan hadirnya berbagai
peristiwa pada diri manusia. Hal ini menimbulkan
sebuah konsekuensi bahwa dalam menjelaskan mengenai manusia menuntut sebuah pengakuan
dulu bahwa jiwa pada diri manusia
itu eksis.
2. Jiwa selalu berkaitan dengan berbagai keadaan pada
diri manusia
Menurut Ibnu Sina apabila
seseorang sedang menceritakan perihal dirinya, artinya ia sedang menceritakan
jiwanya, bukan badannya. Begitu juga berbagai keadaan tarik-menarik yang hadir pada diri manusia
seperti senang-sedih, cinta-benci dan lain sebagainya, itu semua muncul karena
adanya jiwa pada diri manusia. Hal ini
terkait dengan dalil “Aku” dan kesatuan gejala kejiwaan.
3. Dalil kontiuitas
Maksudnya di sini bahwa keadaan yang ada pada
diri manusia sebenarnya pastilah berkesinambungan antar tempo-tempo yang
berlangsung. Misalnya pada kehidupan di masa
lalu yang menjadi kenangan yang membekas pada
diri seseorang di kehidupan masa kini. Dari hal ini tersambungnya
keadaan tersebut menjadi bukti bahwa keadaan jiwa tidak terpengaruh meskipun
manusia sedang tertidur sekalipun.
4. Dalil manusia terbang atau melayang di udara
Maksud dari dalil manusia terbang atau melayang di udara.
Sepintas dalil ini seakan mengandung khayalan namun argumen yang diberikan Ibnu
Sina sungguh menarik. Ia berpendapat bahwa meskipun manusia berada melayang di
udara dan ia tidak dapat menyentuh sesuatu, pastilah ia tetap sadar bahwa
dirinya itu ada. Artinya eksistensi
jiwa yang mengikat raga manusia menuntut dirinya untuk selalu sadar akan
berbagai keadaan yang terjadi. Oleh karena itu meskipun seakan Ibnu Sina
memberikan permisalan yang tidak masuk akal, hal ini semata-mata diutarakan nya
sebagai argumen bahwa jiwa manusia itu eksis dan karenanya lah kesadaran
terhadap berbagai keadaan yang terjadi pada diri manusia itu muncul.
Hakikat Jiwa
1. Pengunaan argumentasi para filsuf pra soktrates
Ibnu Sina
memaparkan pendapat-pendapat tentang
jiwa dari yang diambilnya dari beberapa tokoh
filsuf pra Sokrates yaitu Phytagoras yang berpendapat bahwa jiwa merupakan
sumber kehidupan. Kemudian Empidokles yang berpendapat jiwa merupakan aspek
yang mendasar. Artinya untuk mengenali yang lainnya perlu untuk mengenal aspek
yang mendasar pada diri manusia itu sendiri yaitu jiwa. Dari kedua contoh
tersebut meskipun Ibnu Sina memaparkannya secara jujur, ia tidak semerta-merta
menerima pendapat tersebut. Terdapat kritik sampai penolakan yang dilakukan
olehnya seperti ketika ia menolak pendapat bahwa jiwa itu bergerak lantas
bagaimana ketika jiwa itu diam? Meskipun demikian hal itu semata-mata dilakukan
oleh Ibnu Sina karena ia ingin menemukan hal baru perihal pemabahasan mengenai
jiwa.
2. Jiwa bentuk dari fisik
Ibnu Sina
menyatakan bahwa Jiwa merupakan bentuk dari yang fisik. Di sini maksudnya adalah bahwa materi yang ada itu merupakan
sesuatu yang potensial. Artinya ia bersifat pasif dan memerlukan bentuk yang merupakan
sesuatu yang aktual. Pendapat-pendapatnya tersebut hadir sesuai dengan
pandangan Aristoteles tentang bentuk dan materi yang
secara gamblang Ibnu Sina hanya melakukan re-interpretasi atas pandangan
tersebut.
3. Jiwa substansi pada diri manusia
Dalam
pendapatnya mengenai hal ini, ia menyatakan bahwa jiwa merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri secara substantif. Di sini artinya jiwa itu memiliki kedudukan
yang tinggi daripada jasad sehingga jiwa tidaklah memerlukan jasad sedangkan
jasad memerlukan jiwa agar dapat eksis.
4. Aspek rasional pada jiwa
Maksud dari aspek rasional yang
terkandung pada jiwa adalah bahwa jiwa itu
merupakan entitas yang pekerjaannya adalah mengendalikan
badan sehingga apapun yang terlihat dari gerakan badan semuanya muncul akibat
aksi dari jiwa. Misalnya seorang yang di masa tuannya pelupa merupakan tanda
melemahnya jiwa seseorang tersebut. Hal ini menimbang
banyak juga manusia yang sudah sampai di usia lanjut namun keadaan seperti
pelupa tidak menimpa dirinya.
Antara Jiwa, Badan dan Daya yang Terkandung dari Keduanya
1. Jiwa tumbuhan (nabati)
Katagori ini menjelaskan bahwa jiwa itu memiliki
daya makan, tumbuh dan berkembang biak seperti halnya
tumbuhan yang aktivitasnya hanya sebatas itu. Hal ini juga terdapat pada diri
manusia yang memiliki potensi seperti halnya tumbuhan. Manusia memerlukan
makanan sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang biak seiring waktu.
2. Jiwa binatang
Katagori jiwa binatang memiliki daya makan, tumbuh,
bergerak seperti tumbuhan dan kemampuan tambahan yaitu menangkap. Hal ini terkandung
pada instingnya sebagai hewan. Manusia juga memiliki
daya ini sebagaimana ia dapat mencerap berbagai hal yang terdapat di
sekelilingnya.
3. Jiwa manusia
Jiwa manusia merupakan aspek paling sentral dan harus
digali potensinya. Hal ini penting karena jika manusia tidak menggalinya
menjadi persoalan besar yang muncul yaitu apa bedanya antara dirinya dan hewan
atau tumbuhan? katagori ini memiliki daya praktis yang berhubungan dengan
badan dan teoritis yang berhubungan dengan hal-hal abstrak. Hal-hal abstrak
tersebut memiliki empat tingkatan sesuai dengan
kemampuannya yaitu materil yaitu potensi yang sudah ada meskipun belum
dilatih sedikitpun. Kemudian ada intellectus in habittu yang telah
dilatih berfikir tentang hal-hal abstrak. Lalu Aktuil yang telah
berfikir tentang hal-hal abstrak dan yang terakhir adalah mustafad yang
mampu berfikir tentang hal-hal abstrak tanpa daya-upaya lagi.
Profil penulis
Muhammad Ihza Fazrian, Lahir di Sampit, Kalimantan
Tengah, 03 Juni 2000. Sedang menempuh karir intelektualnya di Yogyakarta.
Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan konsep-konsep kefilsafatan, sufistik dan
sastra. Salah satu inisiator berdirinya Balai Sunyi, komonitas diskusi tentang
keilmuan Islam. Untuk menunjang silaturahim silahkan saling follow di IG:
@Iza_pprmd
Posting Komentar untuk "Memahami Jiwa Melalui Sudut Pandangan Ibnu Sina"