Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Balada Timnas Jepang Dan Fighting Spirit Yang Tidak Ada Habisnya

 




Sebagai manusia yang lahir dari lingkungan yang “hampir” menjadikan sepak bola sebagai ideologi, hehe. Sekaligus saya melalui 5 edisi  piala dunia terakhir. Boleh jadi, piala dunia 2022 ini adalah piala dunia paling alot. Terlepas dari segala bentuk kontroversialnya, saya menyoroti setiap pertandingan piala dunia tahun ini, sebagai hal yang sama sekali kita tidak dapat meremehkan tim yang tidak didominasi oleh pemain terkenal. Sematan underdog atau tim kuda hitam menurut saya kurang pas disematkan kepada semua tim piala dunia tahun ini, pasalnya. Semua tim, memiliki chance untuk membuat kejutan. yaa beberapa tim lah yaa hehe.

Banyak yang kurang merasakan euforia piala dunia 2022 tahun ini memang, tapi saya pribadi tidak terlalu peduli tentang euforia piala dunia h-sekian bulan diselenggarakan dengan segala bentuk atribut-atributnya. Saya juga, tidak terlalu peduli dengan campaign yang katanya gagal dijalankan oleh tuan rumah melalui media sosial dengan menyewa influencer dan ber banjir-banjir gelontoran dana. Ketika banyak hingar bingar orang yang menyalahkan euforia piala dunia 2022 ini tidak terasa asik seperti dahulu-dahulu, saya justru tidak peduli dan senantiasa menantikan kick-off segera dimulai.

Alih-alih untuk memperdulikan hal itu, saya pribadi justru melihat itu lebih secara esensial, yaitu bagaimana keseruan yang dihadiahi untuk kita semua dalam setiap pertandingan dengan segala bentuk kejutan yang akan datang. Di Hari kedua saja, kita sudah mendapatkan hadiah dari tuhan (setidaknya menurut klaim yang viral di media sosial) berupa kejutan Arab Saudi mampu mengalahkan Kandidat kuat juara yaitu Argentina dibawah ambisi om Messi. “Argentina boleh punya Messi, namun Arab Saudi punya Allah yang maha esa…..” “Arab Saudi offside trapnya sudah terlatih, karena biasa meluruskan shaf sholat….” setidaknya, itu yang diyakini sekaligus digoreng oleh netizen di hampir setiap platform media sosial. Hasilnya Bom, pada akhirnya, euforia piala dunia h-sekian diselenggarakan hanyalah hal remeh, dibandingkan dengan kejutan yang ada manakala kick-off telah dikumandangkan.

Kita telah memasuki, era sepak bola modern, yang mana setiap kemungkinan dapat terjadi. dalam hal ini, “bola itu bundar” cukup oke kita sematkan untuk melihat simbolik piala dunia tahun ini dengan prediktabilitas yang fluktuatif dan dinamis. Saya sudah mulai ngeh, ketika Gianni Infantino presiden FIFA mengatakan “2022 FIFA World Cup will be the best World Cup ever” terlepas dari apa yang hendak om-om kepala plontos ini goreng, setidaknya saya meyakini hal itu. Pada akhirnya, setidaknya hingga laga jepang versus spanyol, kita bisa merasakan kejutan-kejutan yang ada dalam WC 2022 ini.

Saya mau ngomongin jepang: ojek-ojek yang sedang mangkal dengan obrolan yang random banget, bahkan pakde-pakde yang jualan angkringan dengan segala jenis manusia yang menjadi langganannya akan mengatakan bahwa jepang tergabung dalam grup neraka dan digadang-gadang akan tertatih-tatih dalam WC 2022. Bagaimana tidak, Nippon tergabung dengan dua kutub besar juara piala dunia terakhir masing-masing spanyol 2010, dan Germany 2014. Ditambah, Kosta Rika yang berhasil menunjukan eksistensinya sebagai salah satu tim yang cukup boleh diperhitungkan, sejak mereka membuat kejutan di WC 2014. Kandidat lolos dalam grup E ini jelas adalah Spanyol dan German, menurut penilaian umum fans-fans dua arus besar tim raksasa ini. 

Tapi siapa yang sangka, Jepang keluar menjadi juara grup E, dengan catatan yang sangat kurang ajar, mencengangkan dan membuat semua orang bertanya tanya (tanpa nada dilan kw yang memuakan). Jepang mengejutkan dunia dengan mengalahkan Jerman dan Spanyol. Hemat saya, hal ini boleh jadi, dirayakan dengan over proud, mengingat catatan terakhir jepang mampu melangkahkan kaki sampai ke fase knock off 16 besar pada edisi WC 2018, itupun menjadi runner-up grup dengan kolombia sebagai juara grup-nya. Tidak ada yang salah dengan over proud, secara statistik memang sepak bola di benua asia dan timur tengah masih kalah dibandingkan dengan masifnya perkembangan dan kemajuan di belahan eropa, amerika, dan afrika. Siapa yang tidak berbangga sih, manakala tim langganan perwakilan asia ini mampu mengalahkan Jerman dan Spanyol melalui epic kembek yang efektif. 

Capaian ini, adalah penantian panjang jepang dari keteguhan tekad dan disiplin yang tinggi. Secara historis, peradaban jepang lahir dari keteguhan tekad untuk berbenah dan maju kedepannya, bapak-bapak Filsuf Kyoto-School telah membuka gaung semangat jepang ini dengan tekun dan telaten sekali belajar dan terus belajar meskipun dari peradaban barat sekalipun. Hal ini juga tidak luput dari kebudayaan jepang yang luhur serta masif diimplementasikan melalui oleh semua pihak di negara Nippon ini. Sebagai salah satu contoh, budaya shitusuke (disiplin). Kedisiplinan pada masyarakat Jepang ini dijalankan secara terstruktur dan sistematis melalui peran pemerintah, sekolah, dan keluarga sehingga pada akhirnya menjadi karakter individunya dan karakter bangsa ini. Hal ini, telah memperlihatkan jepang sebagai negara maju sekaligus negara berbudaya dengan mampu menggabungkan nilai global dan lokal. Buktinya, kemajuan teknologi yang dapat kita lihat dewasa ini di jepang begitu maju, beriringan dengan itu, di bandara udara, kita juga masih menemui juga pegawai-pegawai yang menggunakan kimono dengan sopan-santunnya kepada pengunjung. 

Daya disiplin yang ulet ini juga jelas terimplementasikan dalam sepak bola Jepang dan menjadi nafas dalam setiap perjuangannya. Fighting spirit yang ditunjukan jepang memang sangatlah gila dalam WC edisi tahun ini, yang pada akhirnya memaksa Jerman dan Spanyol tunduk. Permainan yang ditampilkan juga jelas efektif, sebagai contoh pada laga melawan Spanyol, di babak pertama Jepang terlucuti oleh penguasaan bola yang dilakukan oleh Spanyol, akhirnya gol cepat tersaji di babak pertama. jika para sidang pembaca, memperhatikan dengan seksama babak pertama, pelatih jepang Hajime Moriyasu cukup getol dan tenang mencatat setiap bentuk pertimbangan timnya sebagai evaluasi di babak kedua nanti. Hasilnya, di babak kedua perubahan efektif terjadi, saya begitu takjub dengan high pressure yang dilakukan tim jepang. Setidaknya setelah peluit babak kedua ditiupkan, pemain jepang tidak henti-hentinya berlari dan menekan, hingga pada akhirnya, di menit ke 48, super substitution Ritsu Doan mencetak gol spektakuler jarak jauh, dari kesalahan bek spanyol akibat pressure yang tinggi jepang. Momentum ini dimanfaatkan jepang,  dan menjadi titik balik semangat yang luar biasa. 3 menit sejak gol dari Doan, Jepang membalikan keadaaan 2-1 selebihnya, jepang bermain defensif, menunggu kesalahan dari spanyol, lantas melakukan counter attack setelahnya. 

Sebelum ini terwujud, mimpi jepang untuk berbicara banyak dalam piala dunia, setidaknya telah diperlihatkan dalam semangat juang Kapten Masa Depan Tsubasa Ozora. sebagaimana yang viral di laman media massa dewasa ini, anime kapten tsubasa yang dibuat beberapa tahun silam menjadi simbol semangat juang timnas jepang yang pada akhirnya dapat diwujudkan dalam dunia nyata. and it has happened now, Jepang Shocking the world again.  (emot api-menyala). 

Secara komposisi pemain dan permainan, Jepang boleh jadi cukup kalah, tapi secara fighting spirit, jepang ikeh-ikeh kimochi. Jepang menunjukan semangat juang yang tidak ada habisnya. Let see, sejauh mana Jepang akan melaju dalam WC 22 ini….


Arfi Hidayat, Lahir di Jerowaru, Lombok Timur, 11 November 2001. Sedang menempuh Kuliah Jurusan Filsafat di Jogjakarta. Hoby ngulik filsafat tipis-tipis, Islamic Studies, Pop Culture, dan Misticism Philosophy. Menginisiasi Komunitas Patjar Lentera Muda, komunitas intervensi pendidikan pedalaman berkelanjutan, bisa di kepoin di IG: @patjarlenteramuda. Baca tulisan Arfi lainya disini 

Posting Komentar untuk "Balada Timnas Jepang Dan Fighting Spirit Yang Tidak Ada Habisnya"