Pemuda dan Transformasi Sosial pada Masa Perjuangan Kemerdekaan di Pulau Lombok (Sejarah Usia Muda TGKH. Zainuddin Abdul Majid)
PENDAHULUAN
Zainuddin Abdul Majid merupakan tokoh pemuda pada masa penjajahan. Karena keilmuan
dan perjuangannya pada masa itu,
dia disematkan gelar Tuan Guru Bajang, yang berarti “guru muda yang mulia”. Saat ini nama TGKH. Zainuddin
Abdul Majid telah resmi menyandang gelar Pahlawan Nasional melalui pengabdiannya dalam bidang Pendidikan dan Gerakan Kepemudaan.
Tulisan ini akan mengkaji sejarah muda TGKH. Zainuddin Abdul Majid, dengan menekankan pada peran pentingnya dalam mentransformasi kehidupan masyarakat Lombok yang saat itu masih mengalami keterbelakangan, serta dalam bayang-bayang penjajah (1924-1945). Uraian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi tentang
sikap-sikap inspiratif Zainuddin muda yang berperan
dalam mewujudkan transformasi sosial di Lombok dalam upaya mewujudkan kemerdekaan indonesia.
Kajian dalam penelitian ini bersifat historis
tematik reflektif. Artinya, uraian sejarah
yang ditampilkan diangkat dalam tema tertentu dan direfleksikan dalam konteks
kekinian.
Zainuddin muda, akan diangkat
dalam ruang sejarah
yang berangkat dari sumber-sumber literal yang terpercaya, seperti:
dokumentasi literasi dan wawancara. Tulisan
nantinya akan berfokus
pada beberapa pertanyaan penting. Pertama, bagaimana kehidupan
muda Zainuddin Abdul Majid? Akan dibahas di dalamnya
proses intelektual maupun situasi sosial yang mengelilinginya. Kedua, Bagaimana peran Zainuddin Abdul majid dalam mentransformasi kehidupan sosial masyarakat Lombok pada masa perjuangan kemerdekaan? Ketiga, bagaimana
konsep pemuda yang bisa dideskripsikan dari sejarah dan pemikiran
Zainuddin Abdul majid? Kajian ini penting dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kajian tentang pahlawan
nasional yang
satu ini masih minim,
terutama yang
khusus
berbicara masa mudanya.
Penyajian dalam tulisan ini menggunakan penyajian sebagaimana dalam penelitian sejarah. Diantara
tahapan metodis
yang bisa digunakan
dalam penelitian sejarah
adalah menentukan subjek yang akan didiskusikan. Dalam bagian ini diterapkan model kritik dan refleksi diri terhadap
sejarah yang diangkat. Kedua, menarasikan interpretasi dari subjek yang dikaji.
Dengan demikian, tulisan nantinya
akan membahas tentang rumusan masalah serta refleksinya
dalam konteks kekinian.
PEMBAHASAN
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid lahir pada tanggal 17 Rabiul Awal 1324 H (1906 M). Dia
adalah tokoh karismatik asal Lombok yang memiliki
peran besar dalam membangun semangat perlawanan pribumi terhadap.
Karena jasanya, dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional yang diberikan pada tahun 2017 lalu. Zainuddin muda dikenal sebagai pemuda cerdas yang memiliki
kapasitas keilmuan
yang sangat mendalam dan ensiklopedis. Secara
garis besar masa muda Zainuddin dihabiskan di dua tempat, yakni di Makkah dan di Lombok,
Indonesia.
Secara sosiologis, ada kesamaan latar sosial antara Indonesia dan Arab Saudi ketika Zainuddin belajar di Makkah, yakni sama-sama dalam situasi peperangan. Sebagaimana yang dicatat
sejarah, Zainuddin berangkat ke Makkah pada tahun 1923 dan belajar selama 13
tahun. Zainuddin kembali ke Indonesia
pada tahun 1935.
Pada tahun-tahun tersebut, latar sosial yang mengelilingi Indonesia adalah peperangan melawan kolonial Belanda. Adapun di Arab Saudi, terjadi
perang saudara yang melibatkan
Faksi Wahabi melawan Faksi Syarif Husen.
Perselisihan paham di Arab Saudi sepertinya menjadi faktor yang mendorong Zainuddin mempelajari banyak aliran-aliran keagamaan. Dalam bidang Fiqh misalnya, dia mempelajari semua mazhab. Hal ini terlihat dari guru-guru Zainuddin yang berasal dari berbagai
tokoh mazhab Fiqih yang terkenal
(Syafii, Maliki,
Hanafi dan Hambali). Adapun dalam bidang
teologi, Zainuddin mempelajari beberapa aliran
teologi seperti
Khawarij, Murjiah,
Syiah, Asyariah dan lain sebagainnya. Dengan berbagai pertimbangan, terutama konteks sosial
masyarakat di Indonesia, dia kemudian
memutuskan untuk
memegang aliran
Ahlus sunnah wal jamaah (menganut
syafi‟i
dalam bidang Fiqih, Asy‟ari dalam bidang Teologi,
Al-Ghazali dalam bidang Tasawuf).
Dari latar sosial tersebut, Zainuddin belajar
banyak tentang kolonialisme dan komunikasi antar budaya (pemikiran). Bekal tersebut sangat penting mengingat
hakekat bangsa Indonesia
yang terlahir sebagai negara multikultur. Peristiwa-peristiwa tersebutlah yang kemudian
menanamkan sikap nasionalisme,
multikulturalisme, persamaan hak-hak antara laki-laki dan perempuan.
Hal
ini
terlihat ketika
Zainuddin Muda kembali ke Indonesia, segera dia menyusun
strategi melawan penjajah melalui
bidang sosial dan pendidikan.
Transformasi Sosial
Ada beberapa tindakan penting
yang dilakukan oleh Zainuddin ketika kembali ke Indonesia, diantaranya yaitu membentuk
perlawan secara sosial dan intelektual. Secara sosial Zainuddin
muda menanamkan semangat
jihad dengan membangun lembaga
pendidikan lokal yang dia beri nama “Al-Mujahidin”. Penamaan nama al-mujahidin secara linguistik Arab memiliki
makna „para pejuang‟. Dalam kacamata hermeneutika penamaan ini memiliki
maksud yang cukup mendalam.
Bisa kita lihat dalam realitas
sejarah bahwa gerakan Al-Mujahidin ini menjadi salah satu suntikan sosial yang sangat kuat dalam membangun
semangat
mewujudkan kemerdekaan.
Zainuddin muda sungguh menyadari, betapa perjuangan melawan penjajah tidak cukup dengan tenaga fisik, tidak cukup dengan solidaritas sosial untuk menyerang
penjajah. Bahkan yang tak kalah penting adalah pola pikir untuk melawan
dari penjajahan tersebut. Karena alasan itulah,
zainuddin muda dengan semangat „mujahidin‟ tersebut membangun lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan Diniyah
Islamiyah (NWDI) yang bergerak dalam bidang pendidikan. Uniknya, pola pendidikan yang dikembangkan Zainuddin dalam sekolahan tersebut adalah tidak hanya bersifat klasik sebagaimana tradisi pendidikan sebelumnya, tetapi diwarnai dengan bidang-bidang keilmuan kontemporer yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di kala itu.
Dalam konteks transformasi sosial, gerakan sosial dan intelektual yang dilakukan
oleh Zainuddin menjadi
landasan kuat bangunan sosial
yang lebih baik dari masyarakat Lombok yang terjajah dan dalam bayang-bayang kegelapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sangat terlihat proses transformasi sosial dari kebutaan ilmu pengetahuan dan skill menuju generasi yang lebih melek ilmu pengetahuan dan keterampilan. Zainuddin muda sangat
memahami bahwa ilmu pengetahuan adalah salah
satu hal mendasar yang perlu dibesarkan bangsa
ini untuk menuju pintu gerbang kemerdekaan.
Selain pengembangan ilmu pengetahuan, salah satu transformasi sosial yang
layak diapresiasai dari kisah muda pahlawan
Nasional ini adalah perhatiannya terhadap kaum perempuan. Sebagaimana yang direkam sejarah, kaum perempuan selalu dalam stigma yang negatif. Perempuan menjadi
kelas kedua (second class) dalam hal pemerolehan pendidikan. Kenyataan
tersebut sering
kali diafirmasi oleh orang-orang tua ataupun
oleh tokoh tertentu
pada masa itu. Zainuddin Abdul Majid memberikan pandangan yang berbeda tentang
perempuan, yakni dengan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengenyam
pendidikan. Pada tahun 1943 Zainuddin
mendirikan Nahdlatul Banat
Diniyah Islamiyah
(NBDI) yang merupakan lembaga
pendidikan khusus untuk perempuan.
Pemikiran yang syarat nilai kesetaraan gender tersebut menjadi lompatan pemikiran yang sangat penting sekaligus kontroversial di masanya.
Pada saat itu, Lombok masih dalam identitas
kerajaan yang cendrung melihat
perempuan sebagai identitas kedua manusia. Melalui NBDI Zainuddin
berhasil memposisikan kembali perempuan pada hak mendasar manusia
yakni hak memperoleh pendidikan.
Perlahan dan pasti, proses transformasi sosial yang digagas Zainuddin
menemukan momentumnya dengan banyak dari murid-muridnya yang menjadi agen penggerak semangat intelektual dan kemerdekaan. Zainuddin berhasil mensinergikan ilmu pengetahuan agama yang dimiliknya dengan konteks
perjuangan kemerdekaan yang dihadapi
bangsa Indonesia. Melalui berbagai karya berupa lagu-lagu
dan gubahan syairnya,
Zainuddin banyak mendemonstrasikan
cinta tanah air dan agama.
Semakin banyak muridnya , semakin banyak pula madrasah-madrasah yang mengembangkan keilmuan
yang dimiliki Zainuddin. Dengan
kecerdasannya dalam membaca kitab
dan
membaca situasi zaman, Zainuddin
telah berhasil mentransformasi tatanan sosial masyarakat Lombok menuju
arah yang lebih gemilang,
yakni menuju bangsa yang merdeka
dan berkarakter.
Pemuda Progresif: Refleksi sejarah
usia muda Zainuddin
Sebagaimana dalam kerangka penyajian dalam pendahuluan, pada bagian ini akan dibahas
tentang refleksi dari sejarah
muda Zainuddin Abdul Majid. Bagian ini diinterpretasi dari perjalanan sejarah Zainuddin
dan dari karangan-karangannya yang banyak diciptakan terutama yang bertema
kepemudaan.
Diantara konsep pemuda yang bisa ditelurkan: Pertama, pemuda harus memiliki
kemapanan intelektual yang dikolaborasi dengan pembacaan kontekstual. Artinya pemuda harus mampu mengkomunikasikan pengetahuannya dengan
realitas kehidupan. Kedua, pemuda harus
memiliki semangat juang dalam rangka
mewujudkan keadilan dan kemanusiaan.
Selain refleksi sejarah tersebut, konsep kepemudaan Zainuddin bisa dilihat dari beberapa karyanya. Salah satu gubahan syair Zainuddin
tentang kepemudaan adalah lagu hayya ghonu nasyidana. Pada gubahan
lagu (syair) tersebut, dapat diinterpretasikan bagaimana Zainuddin mengkonstruksi konsep kepemudaan. Kata kunci penting dari syair tersebut adalah kalimat ya fata sasak bi indonesia
yang berarti:
“wahai pemuda sasak
di Indonesia”. Dalam teori
Sosiologi Ibnu Kholdun, pengungkapan identitas sosial dalam penyebutan nama diatas memiliki
tujuan untuk merekatkan solidaritas sosial. Sikap tersebut sangat dibutuhkan terutama
dalam konteks masyarakat pada waktu itu.
Selain soliditas sosial
yang
sifatnya lokal (suku sasak), Zainuddin muda juga tidak lupa mengingatkan pentingnya memperjuangkan bangsa dan negaranya. Dalam syairnya yang lain: Bangsaku pacu berguru, Kaumku sasak bejulu, Bangsaku nde’te bemudi, Pete sangu jelo mudi. Gubahan
syair tersebut memiliki
makna: „Bangsaku
rajin berguru, Kaumku sasak maju ke depan, Bangsaku
jangan surut ke belakanga, Mencari bekal hari kemudian.‟
Dengan syair tesebut, Zainuddin memanggil
para pemuda untuk
bangkit memperjuangan suku dan bangsa
mereka.
Uraian Zainuddin Abdul Majid dalam beberapa cuplikan karyanya tersebut mengandung
sebuah konsep kepemudaan yang menuntut
pemuda bersikap nasionalis-religius. Pada lagu pertama (hayya gonu nasyidana) terdapat
kata sasak dan Indonesia
yang menunjukkan makna kesukuan
dan nasionalisme. Pada bait selanjutnya didemonstrasikan untuk membaca hizb (kumpulan doa) yang menunjukkan sikap
religiusitas. Demikian pula pada lagu kedua (Nahdlatain) yang menunjukkan makna yang sama dengan lagu sebelumnya. Pada beberapa
kesempatan, Zainuddin mengatakan, Himmatul
rijal, tahdumul jibal „Semangat pemuda, akan mampu meruntuhkan gunung‟ memiliki makna
“Pemuda adalah
kekuatan besar”.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sosok pemuda harus memiliki nasionalisme dan sikap
keagamaan yang baik. Singkatnya konsep pemuda yang didambakan oleh Zainuddin
Abdul Majid adalah Pemuda yang progresif. Pemuda progresif merupakan pemuda yang peka zaman, kemampuan intelektual dan pembacaan yang kontekstual serta memiliki religiusitas dan
nasionalisme, menjadi hal mendasar dari seorang pemuda progresif.
PENUTUP
Uraian sejarah
diatas menunjukkan bahwa Zainuddin Abdul Majid adalah pemuda yang memiliki kemapanan
intelektual dan kemampuan mengkontekstualisasi pengetahuan. Hal ini lahir dari proses
belajar di Makkah dan pembacaannya atas situasi sosial di dua tempat tinggalnya.
Dengan dua modal tersebut, dia mampu mentransformasi situasi sosial yang ada di
daerahnya yang sebelumnya berada dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Sentuhan intelektual
tersebut selanjutnya mampu membawa masyarakat Lombok melawan kolonialisme penjajah.
Sebagai refleksi
dari pembacaan sejarah dan karya Zainuddin Abdul Majid, dapat dikonsepsikan model
pemuda ideal yang sepertinya masih sangat relevan hingga saat ini, yaitu: pemuda
progresif, yang dipahami sebagai pemuda yang memiliki kematangan intelektual dan
kepekaan sosial serta nasionalisme dan spiritualitas keagamaan yang saling berkelindan.
Sikap ini selayaknya dimiliki oleh pemuda hari ini, dimana kasus-kasus sosial yang
dialami oleh Zainuddin muda masih banyak bergelayut di masa kita sekarang ini, meski
dengan bentuk yang berbeda.
Muh. War'i adalah Pembina Komunitas Rantau Berkarya. Baca tulisan War'i lainya disini
DAFTAR PUSTAKA
Alamaida Filho,
Antonio
Jose
de. The
Historical Research: Theory, Methodology and
Historiography. 2016
Horgrounje,
Snoucke. Makkah fi Awakhiri Qornit Tasi’a ‘Asyara. Al-Qohiroh: Aljazira, 2007 Ikroman, M. Nashib. Mengaji Hamzanwadi. Mataram:
Hamzanwadi Institute, 2017
Ibnu Kholdun. Muqoddimah. Jakarta: Pustaka Alkautsar, 2012
Liputan6. TGKH. Zainuddin Abdul Majid, Ulama’
NTB bergelar Pahlawan
Nasional, via.
https://www.liputan6.com/ akses
tanggal 2 November 2019
Majid, Zainuddin Abdul. Al-Barzanji
dan Lagu-Lagu Perjuangan Nahdlatul Wathan. Pancor: tanpa penerbit:
tanpa tahun
Masnun. TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid Gagasan
dan Pembaharuan Islam di Nusa
Tenggara Barat. Jakarta:
Pustaka Al-Miqdad, 2007
Muslihan Habib, dkk. Visi Kebangsaan Religius Tuan Guru Kiyai Haji Zainuddin
Abdul Majid. Jakarta: Bania
Publishing, 2014
Mahsun. Biografi
KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid.
Jakarta: Nahdlatul Wathan, 2009
Sager dan Rosser. “Historical
Methodes”
dalam The Routledge Handbook
of Interpretative Political
Science. London: Routledge,
2015.
Posting Komentar untuk "Pemuda dan Transformasi Sosial pada Masa Perjuangan Kemerdekaan di Pulau Lombok (Sejarah Usia Muda TGKH. Zainuddin Abdul Majid) "